Saat
ini, mayoritas masyarakat Indonesia merasa sudah merdeka, dalam arti, lepas
dari penjajahan dan cengkeraman asing dan bisa menentukan nasib sendiri. Ternyata,
asing hanya mengubah gaya penjajahannya dari penjajahan secara fisik ke
penjajahan secara non fisik. Lolos dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.
Tren
penjajahan gaya baru ini memang sengaja dirancang oleh kaum kafir penjajah.
Mereka juga menyimpan agen atau antek-anteknya untuk menjadi penguasa di negeri
ini. Dengan strategi ini sehingga memudahkan misi mereka untuk mengeruk
keuntungan dari negara Indonesia yang notabene sangat kaya akan sumber daya
alam. Dengan strategi ini pula, negara asing mencengkeram rakyat Indonesia
sehingga mereka merasa aman tidak akan mendapatkan perlawanan secara fisik dari
rakyat Indonesia.
Dari
sejak negara ini merdeka, rakyat Indonesia sesungguhnya tidak pernah merasakan
kemerdekaannya secara hakiki. Pilihan bangsa Indonesia atas demokrasi sejak
bangsa ini berdiri ternyata keliru. Perjalanan demokrasi justru semakin
menyengsarakan rakyat dan tidak menghasilkan kesejahteraan. Banyak kalangan
menganggap bahwa demokrasi kini dianggap sudah kebablasan dan salah kaprah.
Demokratisasi
dengan berbagai isme-ismenya telah berkembang dan menjelma menjadi kekalutan,
kekerasan, kedzaliman, bahkan juga menimbulkan anarki. Demokrasi yang selama
ini diagung-agungkan para penguasa justru telah mengancam kedaulatan bangsa.
Banyak
masyarakat yang telah terbodohi, alih-alih sistem demokrasi membawa
kesejahteraan masyarakat, yang terjadi malah banyak kebijakan-kebijakan
penguasa yang semakin liberal yang justru menambah kesengsaraan rakyat. Demokrasi
sesungguhnya tidak menjanjikan apa-apa, jelas keliru kalau kesejahteraan yang
menjadi dambaan masyarakat disandarkan pada proses demokratisasi.
Sistem
demokrasi yang dipuja-puji oleh para penguasa dan pendukungnya, faktanya hanya memproduksi
banyak keburukan. Undang-undang yang mereka buat lebih melayani kepentingan
bangsa asing dan pemilik modal perusahaan daripada melayani rakyatnya sendiri.
Dengan alasan demokrasi, para penguasa menjadi penopang perusahaan-perusahaan dan menjadi pelayan
kepentingan asing untuk menghisap kekayaan alam Indonesia serta menindas rakyat
Indonesia.
Perlu
diketahui bahwa, dari sejak tahun 1967 Indonesia sudah menyerahkan dirinya
untuk diatur dan dijadikan target peghisapan oleh korporasi Internasional.[1] Para
pemimpin yang pernah dan sedang berkuasa pun menuntun dan memfasilitasinya
dengan membuat undang-undang penanaman modal asing, yang pada akhirnya
pemerintahan pun dikendalikan oleh bangsa asing., terutama Amerika Serikat dan
sekutu-sekutunya.
Anggaran
APBN yang semestinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat justru mereka
gunakan sebagian besarnya untuk menutupi hutang negara. Seakan-akan rakyat yang harus menutupi dan membayar hutang
akibat ulah para penguasa yang telah menyebabkan negara ini bangkrut. Para
penguasa yang seharusnya melayani publik, mereka justru tidak peduli dengan
keadaan rakyatnya. Mereka lebih memperdulikan pelayanan terhadap para “tuan”
nya di negeri asing. Sedangkan, subsidi untuk kebutuhan rakyatnya sendiri dan
pelayanan publik tidak pernah mereka perhatikan.
Inilah
yang selama ini menjadi penyakit dan penyebab masyarakat Indonesia menjadi
semakin miskin dan terbelakang. Kekayaan alam Indonesia yang begitu melimpah,
tapi rakyatnya sendiri hidup dalam keadaan serba susah. Mayoritas masyarakat
hanya dijadikan sapi perah di negerinya sendiri. Oleh karena itu, untuk
menyikapi hal ini perlu adanya kerjasama dan bahu membahu serta berjuang untuk menghentikan
keserakahan para penguasa dan mengembalikan hak-hak rakyat yang telah dirampas
oleh mereka. Ingatlah, mereka akan terus merampas kekayaan alam negeri ini
kalau kita hanya diam dan manut terhadap para penjajah-penjajah (penguasa dan
pihak asing) itu.
Jika
kita yang merasa memiliki keyakinan dan pendirian yang benar maka sudah selayaknya
kita berjuang dengan ikhlas untuk menyelamatkan negara ini yang hakekatnya
merupakan karunia dari Allah SWT. Kita harus bangkit dari keterpurukan dan
segera mencampakkan sistem demokrasi serta ide-ide kapitalis dari kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. Dengan terus menerus berjuang menegakkan hukum Allah disertai dengan keyakinan
akan adanya pertolongan Allah bahwa pada akhirnya nanti para penguasa dzalim itu
pun akan menjadi tumbal dan hukuman yang disebabkan oleh
perbuatannya sendiri.
(Gugun Sopian)
(Gugun Sopian)