Jumat, 07 Maret 2014

Lolos dari Mulut Harimau, Masuk ke Mulut Buaya!!


            Saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia merasa sudah merdeka, dalam arti, lepas dari penjajahan dan cengkeraman asing dan bisa menentukan nasib sendiri. Ternyata, asing hanya mengubah gaya penjajahannya dari penjajahan secara fisik ke penjajahan secara non fisik. Lolos dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.
            Tren penjajahan gaya baru ini memang sengaja dirancang oleh kaum kafir penjajah. Mereka juga menyimpan agen atau antek-anteknya untuk menjadi penguasa di negeri ini. Dengan strategi ini sehingga memudahkan misi mereka untuk mengeruk keuntungan dari negara Indonesia yang notabene sangat kaya akan sumber daya alam. Dengan strategi ini pula, negara asing mencengkeram rakyat Indonesia sehingga mereka merasa aman tidak akan mendapatkan perlawanan secara fisik dari rakyat Indonesia.
         Dari sejak negara ini merdeka, rakyat Indonesia sesungguhnya tidak pernah merasakan kemerdekaannya secara hakiki. Pilihan bangsa Indonesia atas demokrasi sejak bangsa ini berdiri ternyata keliru. Perjalanan demokrasi justru semakin menyengsarakan rakyat dan tidak menghasilkan kesejahteraan. Banyak kalangan menganggap bahwa demokrasi kini dianggap sudah kebablasan dan salah kaprah.

            Demokratisasi dengan berbagai isme-ismenya telah berkembang dan menjelma menjadi kekalutan, kekerasan, kedzaliman, bahkan juga menimbulkan anarki. Demokrasi yang selama ini diagung-agungkan para penguasa justru telah mengancam kedaulatan bangsa.   
            Banyak masyarakat yang telah terbodohi, alih-alih sistem demokrasi membawa kesejahteraan masyarakat, yang terjadi malah banyak kebijakan-kebijakan penguasa yang semakin liberal yang justru menambah kesengsaraan rakyat. Demokrasi sesungguhnya tidak menjanjikan apa-apa, jelas keliru kalau kesejahteraan yang menjadi dambaan masyarakat disandarkan pada proses demokratisasi.
            Sistem demokrasi yang dipuja-puji oleh para penguasa dan pendukungnya, faktanya hanya memproduksi banyak keburukan. Undang-undang yang mereka buat lebih melayani kepentingan bangsa asing dan pemilik modal perusahaan daripada melayani rakyatnya sendiri. Dengan alasan demokrasi, para penguasa menjadi penopang  perusahaan-perusahaan dan menjadi pelayan kepentingan asing untuk menghisap kekayaan alam Indonesia serta menindas rakyat Indonesia.     
            Perlu diketahui bahwa, dari sejak tahun 1967 Indonesia sudah menyerahkan dirinya untuk diatur dan dijadikan target peghisapan oleh korporasi Internasional.[1] Para pemimpin yang pernah dan sedang berkuasa pun menuntun dan memfasilitasinya dengan membuat undang-undang penanaman modal asing, yang pada akhirnya pemerintahan pun dikendalikan oleh bangsa asing., terutama Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. 

         Anggaran APBN yang semestinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat justru mereka gunakan sebagian besarnya untuk menutupi hutang negara. Seakan-akan  rakyat yang harus menutupi dan membayar hutang akibat ulah para penguasa yang telah menyebabkan negara ini bangkrut. Para penguasa yang seharusnya melayani publik, mereka justru tidak peduli dengan keadaan rakyatnya. Mereka lebih memperdulikan pelayanan terhadap para “tuan” nya di negeri asing. Sedangkan, subsidi untuk kebutuhan rakyatnya sendiri dan pelayanan publik tidak pernah mereka perhatikan.
            Inilah yang selama ini menjadi penyakit dan penyebab masyarakat Indonesia menjadi semakin miskin dan terbelakang. Kekayaan alam Indonesia yang begitu melimpah, tapi rakyatnya sendiri hidup dalam keadaan serba susah. Mayoritas masyarakat hanya dijadikan sapi perah di negerinya sendiri. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal ini perlu adanya kerjasama dan bahu membahu serta berjuang untuk menghentikan keserakahan para penguasa dan mengembalikan hak-hak rakyat yang telah dirampas oleh mereka. Ingatlah, mereka akan terus merampas kekayaan alam negeri ini kalau kita hanya diam dan manut terhadap para penjajah-penjajah (penguasa dan pihak asing) itu.  
            Jika kita yang merasa memiliki keyakinan dan pendirian yang benar maka sudah selayaknya kita berjuang dengan ikhlas untuk menyelamatkan negara ini yang hakekatnya merupakan karunia dari Allah SWT. Kita harus bangkit dari keterpurukan dan segera mencampakkan sistem demokrasi serta ide-ide kapitalis dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dengan terus menerus berjuang menegakkan hukum Allah disertai dengan keyakinan akan adanya pertolongan Allah bahwa pada akhirnya nanti para penguasa dzalim itu pun akan menjadi tumbal dan hukuman yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri.            
(Gugun Sopian) 




[1] Koraninternet.com, 25 Mei 2008