Sabtu, 09 Agustus 2014

Korelasi Akan Meletusnya Gunung Gede dan Kemenangan Umat Islam



“Tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi.” (Petikan Wangsit Siliwangi)
             
Ketahuilah, bahwa  revolusi yang akan terjadi nanti bukan hanya penggulingan kekuasaan semata, tapi juga akan terjadinya perubahan ketatanegaraan, perubahan hukum, ideologi, juga perubahan bentuk negara, dari negara demokrasi sekuler menjadi Negara Islam. Inilah zaman yang sudah sekian lama dinantikan oleh kaum muslimin, zaman yang mana di dalamnya tercipta keadilan, berkah, dan penuh rahmat Allah karena telah diterapkannya hukum Allah di muka bumi ini. Namun Prabu Siliwangi mengatakan; Tapi nanti, kemenangan itu akan tiba setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi.

             
             Berbicara mengenai Gunung Gede, bahwa gunung tersebut merupakan sebuah gunung yang berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Gunung yang memiliki ketinggian 1.000 – 3.000 m.dpl ini juga merupakan bagian dari jalur gunung berapi yang membujur dari Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara. Rangkaian gunung ini terbentuk akibat dari pergeseran lapisan kulit bumi secara terus menerus selama periode aktivitas geologi yang tidak stabil, yaitu pada periode Quartener.[1]
             Gunung Gede juga merupakan salah satu dari 35 gunung yang masih aktif dan berjenis stratovolcano yang harus diwaspadai. Stratovolcano yang dikenal sebagai gunung api komposit, adalah sebuah gunung berapi, tinggi kerucut dibangun oleh banyak lapisan (strata) dari lava mengeras, tephra, batu apung, dan abu vulkanik. Letusan gunung jenis stratovolcano terjadi mirip sebotol air berkarbonasi dibuka. Setelah volume kritis dari magma dan gas terakumulasi, hambatan disediakan oleh kerucut vulkanik diatasi, dan letusan akan terjadi secara tiba-tiba.[2] Sebuah stratovolcano terkenal adalah Gunung Krakatau yang terkenal karena letusan bencana pada tahun 1883.   
            Gunung Gede ini diwaspadai akan meletus, karena selama 50 tahun terakhir tidak meletus. Gunung Gede terakhir meletus pada tahun 1957 dengan letusan yang cukup dahsyat. Masa istirahat Gunung Gede ini sudah melebihi siklus sedang gunung ini, yakni 40 tahun.[3] Maka, benarlah apa yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi akan adanya letusan Gunung Gede nanti. Sudah merupakan hal yang pasti sebab gunung ini merupakan gunung yang masih aktif normal. Sedangkan yang dimaksud disusul oleh tujuh gunung adalah gunung-gunung yang juga akan meletus yang berada di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara mengingat gunung-gunung tersebut merupakan bagian dari jalur Gunung Gede yang terbentuk akibat dari pergeseran lapisan kulit bumi.
           Gunung Gede, Gunung Bromo, Gunung Anak Krakatau, Gunung Slamet merupakan beberapa gunung berapi yang memiliki rangkaian cincin api (ring of fire) yang mana gunung-gunung berapi tersebut berada di dalamnya saling sambung menyambung. Sehingga jika yang satu menjadi aktif, maka kemungkinan besar gunung berapi lainnya akan ikut aktif juga. Maka, bukan tidak mungkin setelah Gunung Sinabung di Sumatera dan Gunung Kelud di Jawa Timur meletus, dan Gunung Slamet yang mulai mengeluarkan asap akan mengaktifkan kembali gunung-gunung yang lainnya. Hal itu juga sebabnya mengapa ketika Gunung Gede nanti meletus akan disusul oleh letusan gunung lainnya. Dan kini gunung Gede sudah mulai aktif kembali dan pemerintah setempat sudah mencegah para pendaki selama bulan Agustus 2014. Meski tersiar kabar gunung gede selalu "disuntik" agar tidak meletus, tapi apabila Allah sudah berkehendak tidak bisa dihalang-halang dan dicegah meskipun sudah "disuntik" ribuan kali. 

            Tak terbayangkan betapa dahsyatnya bencana yang nanti akan terjadi sehingga keadaan negeri ini pada saat itu begitu mencekam dan mengharukan dimana akan banyak korban yang berjatuhan. Selain korban akibat gunung meletus, akan banyak juga korban yang gugur dalam peperangan nanti. Meski demikian, tetaplah kita senantiasa berlindung kepada Allah SWT dan selalu berdoa agar kita senantiasa ada dalam lindungan-Nya.  
 
            Meletusnya Gunung Gede yang kemudian akan disusul oleh tujuh gunung lainnya, berkaitan dengan akan bergantinya kekuasaan di Negara Indonesia. Hal ini pula erat kaitannya dengan akan terjadinya revolusi di negara ini sekaligus penggulingan kekuasaan yang berdampak adanya vacuum of power.  Namun, upaya untuk menggulingkan kekuasaan apalagi keinginan untuk mendirikan Pasundan Islam bukanlah hal yang mudah, melainkan disana membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Maka, bukan hal yang tidak mungkin bahwa pada saatnya nanti dapat dipastikan akan terjadinya peperangan. Jadi, peperangan inilah yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi yang mengatakan  Génjlong deui sajajagat”[4] (Ribut lagi seluruh bumi).
            Kaum muslimin yang merupakan pengusung, penyeru, dan pelaksana kebenaran, maka kekuatan kebatilan dan kesesatan, dan pengikut hawa nafsu dan orang yang berbuat kerusakan akan selalu menjadi musuh bagi agama Islam dan pemeluknya sepanjang masa. Atau, mereka menjadi orang-orang yang menyelisihi kaum muslimin dalam hal metode dan prinsip sesuai dengan tingkat penyelisihannya.
            Ini merupakan karakter segala sesuatu dan sudah menjadi tatanan kehidupan. Selama ada kebenaran, pasti ada kebatilan. Selama itu pula ada konflik antara pendukung kebenaran dan pendukung kebatilan. Selama ada yang benar, pasti ada yang salah, dan akan selalu ada pertentangan dan perbedaan antara keduanya.
            Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dalam rangka mengokohkan hukum Allah dan memperjuangkan kebenaran, sedangkan orang-orang kafir berjuang, berkiprah dengan segala cara dalam rangka mendukung kebatilan dan berupaya mengokohkan sistem demokrasi liberal yang mana Allah SWT menyebutnya sebagai wali-wali syaitan. Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan (wali-wali) syaitan itu” (QS. An-Nisaa’: 76)

             Hendaklah diketahui bahwa, peperangan yang nanti akan berlangsung di negeri ini terjadi setelah adanya huru-hara dan kerusuhan besar-besaran akibat perebutan warisan kekuasaan yang periodenya akan habis di bulan Oktober 2014.  
Dalam istilah pewayangan, peperangan tersebut dinamakan dengan perang Bharatayudha yang merupakan kisah peperangan antara keluarga Pandawa dan Kurawa yang terjadi di Padang Kurusetra. Banyak pula yang menganalogikan bahwa perang Bharatayudha ini merupakan pertarungan antara sisi baik manusia dan sisi jahat manusia. Sisi baik disini adalah Pandawa, sedangkan sisi jahatnya adalah Kurawa. Maka, bukan tidak mungkin bahwa peperangan Bharatayudha ini akan terjadi di dunia nyata.     
            Peperangan antara pejuang kebenaran dengan para penguasa yang menentang hukum Allah, yang menyebar fitnah, kemusyrikan, dan penindasan terhadap kaum muslimin, merampas dan memeras harta kaum muslimin, baik dengan cara kasar maupun dengan cara halus, pasti akan terjadi.    
            Kemudian, Prabu Siliwangi pun mengatakan bahwa Pajajaran yang baru yakni Pasundan Islam akan berdiri oleh perjalanan waktu. Hal ini bukan berarti kita hanya tinggal diam dan menunggu waktunya tiba. Melainkan, diantara sekian banyak keturunannya wajib untuk mempersiapkannya serta berjuang bersama barisan KAUM MUSLIMIN YANG LURUS AQIDAHNYA untuk mencapai berdirinya Pasundan Islam/ Negara Islam meskipun disana akan mendapatkan ujian.
            Di sini saya mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang ujian yang sama persis apa yang akan dihadapi dalam memperjuangkan kebenaran. Beliau berkata: “Ketahuilah semoga Allah SWT memperbaiki kalian, bahwasanya telah diriwayatkan dengan benar dari berbagai jalan, bahwa Nabi SAW bersabda:

“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang selalu dhohir di atas kebenaran, tidak akan memberikan kemudharatan sedikitpun orang yang mengabaikan mereka dan menyelisihi mereka sampai terjadi hari kiamat.” (HR. Muslim)

            Dalam menghadapi ujian semacam ini, manusia terbagi menjadi tiga bagian:
1.      Tho-ifah Manshurah (kelompok yang mendapat kemenangan) dan mereka itu adalah para mujahidin yang memerangi orang-orang kafir penjajah beserta thaghut.
2.      Tho-ifah Mukholifah (kelompok yang menyelisihi) dan mereka itu adalah orang-orang kafir dan pembela-pembela thaghut yang mengaku dirinya sebagai muslim.
3.      Tho-ifah Mukhodzilah (kelompok yang berpangku tangan dan suka  menggembosi) dan mereka adalah orang-orang yang tidak berjihad, meskipun merasa Islamnya sudah benar.

            Maka, hendaknya setiap orang melihat dirinya, apakah ia masuk ke dalam golongan Tho-ifah Manshurah atau Tho-ifah Mukhalifah atau Tho-ifah Mukhadzilah, dan tidak ada kelompok yang ke empat.
            Beliau juga mengatakan: “Sampai-sampai beliau berkata, Demi Allah seandainya Ash-Shabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan anshor, seperti Abu Bakar, Umar Ibnu Khattab, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib dan yang lainnya hidup pada zaman kita sekarang ini, pasti diantara amalan yang paling utama mereka adalah jihad melawan orang-orang kafir itu, dan tidak ada yang ketinggalan dari peperangan semacam ini kecuali orang-orang yang merugi dagangannya dan bodoh dirinya dan tidak mendapatkan bagian yang besar di dunia dan akherat.”[5]
            Oleh karena itu, janganlah menjadi pembela orang-orang kafir penjajah dan thaghut jika mengaku diri sebagai muslim agar tidak menyesal di kemudian hari. Di sini, saya sebagai penulis menyarankan agar pada saat terjadinya peperangan nanti hendaknya segenap kaum muslimin memastikan diri untuk bergabung bersama budak angon dalam memperjuangkan hukum Allah serta berupaya untuk mendirikan Pasundan Islam/ Negara Islam karena mereka itulah yang termasuk ke dalam golongan Tho-ifah Manshurah atau golongan yang kelak dimenangkan oleh Allah SWT.
            Selanjutnya, masalah yang perlu kita pahami adalah cara berjuang menegakkan Islam menurut tuntunan Allah dan sunnah Nabi-Nya adalah berdakwah dan berjihad. Dan kunci kemenangan dan turunnya nashrullah[6] adalah dengan jihad fi sabilillah. Memperjuangkan Islam tanpa jihad tidak akan meraih nashrullah, melainkan umat Islam akan ditimpa kehinaan dalam kehidupan dunia. Sebab, Negara Islam adalah negara tauhid yang tidak boleh diperjuangkan dengan cara-cara yang syirik apapun alasannya. Maka, Islam yang diperjuangkan dengan cara yang musyrik, tidak mungkin akan mendapatkan nashrullah dan tidak mungkin menang bahkan akan semakin lemah dan tertindas. Karena sunatullah-nya, musuh-musuh Islam hanya akan dikalahkan dengan jalan jihad fi sabilillah, sebagaimana yang terjadi pada masa yang silam yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
            Maka, terlepas dari sebuah fenomena alam ataupun sudut pandang secara ilimiah, bahwa secara hakikat terjadinya Gunung Gede meletus yang kemudian disusul oleh tujuh gunung lainnya nanti merupakan sebuah nashrullah bagi orang-orang yang beriman untuk membumihanguskan musuh-musuh Allah yang hendak memadamkan cahaya agama Allah SWT. Dengan demikian, orang-orang beriman pun akan meraih kemenangannya dan tibalah saatnya Islam kembali berjaya. Ingatlah, bahwa apa yang dikabarkan di dalam wangsit siliwangi ini merupakan sebuah kabar gembira bagi umat Muslim di Indonesia akan adanya pertolongan Allah bagi kita semua untuk meraih kejayaan, juga akan tiba saatnya untuk memimpin negeri ini dengan syari’at Islam. Allah SWT berfirman:

“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”(Q.S Ash-Shaff: 13)

Wallahu 'alam..
(Gugun Sopian - Penulis Best Seller)  


[4] Kata “Genjlong deui sajajagat” (Ribut/gempar lagi seluruh bumi) diucapkan dua kali oleh Prabu Siliwangi di dalam wangsitnya. Itulah sebabnya, pada kata yang kedua kalinya ini beliau menggunakan kata “deui” yang berarti “lagi”. Jika pada kata pertama “Genjlong saamparan jagat” (menggemparkan seluruh isi bumi) dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi pada terjadinya Perang Dunia Kedua (lihat kembali bab “orang sebrang”), sedangkan pada kata kedua dimaksudkan oleh beliau akan terjadinya perang lagi yang nantinya akan melibatkan banyak negara di dunia ini. Dimana pada saatnya nanti, peperangan ini antara kaum muslimin melawan pemerintahan thaghut yang akan dibantu oleh kekuatan asing, utamanya adalah Amerika dan sekutunya. 
[5] Kitab Jihad II, h. 58
[6] Pertolongan Allah




[1] wikipedia.org, kategori Templat Navigasi Geografi, 9 Juli 2013
[2] republika.co.id, 30 Agustus 2010 
[3] news.detik.com, 5 Juli 2007

Sabtu, 02 Agustus 2014

Tersenyum di Akhir Masa




Tangan dan hati ini terkadang lupa dan terlena sebab mimpi dunia yang menodai jiwa. Sehingga lupa akan tugas dan kewajiban untuk menyeru orang tua, keluarga, sahabat, teman, dan lainnya untuk beribadah kepada Allah serta memurnikan-Nya. Aku semakin takut jika membiarkan mereka terus menerus tenggelam di dalam kemusyrikan dan keterlenaannya akan dunia. 

Sementara tidak banyak yang bisa aku perbuat karena kelemahan dalam menghadapi ujian dan tantangan. Ujian seorang Muslim bukan hanya hawa nafsu di dalam dirinya, tapi juga musuh-musuh Islam yang tidak pernah Ridlo jika Islam tegak. Yahudi, Nashrani, dan Majusi bahkan Atheis dan Komunis selalu merusak aqidah umat dan semakin menjauhkan nilai-nilai Islam di dalam kehidupan. Rusaklah Islam dari dalam dengan bermunculannya sekte-sekte yang mengatasnamakan "Islam". Selain mereka, terdapat penyakit tumor ganas Syiah yang mengaku "Islam" tapi tak bisa berkaca dan tak mau menerima kebenaran sejarah. Aku tahu, adanya musuh-musuh Islam tersebut hakikatnya merupakan ujian dari Allah bagi setiap hamba-hamba-Nya untuk meraih surga yang memang tidak mudah. 

Jangan tanya mengapa hari ini sesama Muslim saling mencela walau sejatinya masing-masing mereka sudah tau penyebabnya. Jangan terheran-heran mengapa mereka yang mengaku Muslim semakin sibuk menghias penampilan dirinya bukan hatinya dan hiburan menjadi pilihan bukan tadarusan. Jangan bertanya mengapa hari ini semakin banyak Muslim berlomba-lomba menumpuk kekayaan dengan dalih untuk anak cucu meski mereka tahu bahwa Rasulullah SAW sebagai teladan yang tawadhu dan tidak meninggalkan harta warisan bagi anak-anaknya. Dan lebih miris menyaksikan Muslim hari ini yang silau dengan jabatan meskipun mereka tau bahwa amanah itu berat pertanggungjawabannya. Inilah, saat dimana kata-kata fastabiqul khairat hanya mencapai lisan sementara hatinya berlomba-lomba di dalam kedengkian yang nyata.

Benang ini semakin kusut dan semrawut saat tiap-tiap kelompok Islam saling membanggakan kelompoknya. Islam bukan hanya terkotak-kotak namun juga membuat musuh-musuh Allah tertawa terbahak-bahak. Celaan dan ejekan masing-masing kelompok pada setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap hari aku lihat dan saksikan meskipun sesungguhnya hati mereka menginginkan Islam untuk bersatu. Sebab hawa nafsu yang mengendalikannya, Iman pun dikesampingkan demi harga diri sendiri bukan demi Tauhid yang tertinggi.

Sedih hati ini menyaksikan Islam hari ini. Ya ini memang ujian bagi orang-orang yang Ikhlas meninggikan kalimatullah, bukan bagi mereka yang munafik dan fasiq yang menjadi da'i bayaran atau pejuang seketika. Mengatakan ingin berjuang di jalan Alllah dan bergabung dengan lembaga da'wah namun setelah mendapatkan akhwat hilang seketika. Miris memang. Islam saat ini hanya membutuhkan para pejuang yang Ikhlas seperti Umar Ibnu Khattab dan Salahuddin al-Ayubi juga mujahidah Nusaibah binti Ka'ab. Saat ini, mencari yang seperti mereka seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Kini, aku sangat merindukan orang-orang yang ikhlas dan soleh agar bisa saling bahu membahu menegakkan tauhid. Sedikit sekali apa yang bisa kulakukan untuk Islam dan menolong agama Allah padahal cita-cita ini syahid di jalan-Nya. Malu diri ini yang tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan dan kelemahan. Sementara, waktu akan terus berjalan dan kejahiliyahan di masyarakat semakin membabi buta. Dengan berlandaskan asma Rahman dan Rahim, aku menyayangi mereka oleh karenanya aku berjuang. Bukan karena benci, namun sekedar ingin menyelematkan mereka dari siksa-Nya kelak. Biarlah aku menjadi lilin yang menerangi kegelapan meski akan habis terbakar. Sederhana saja alasannya, karena memang tidak bisa bersembunyi dari Allah dan kelak tidak mampu memberi alasan kepada-Nya mengapa tidak menunaikan tugas sebagai khalifatu fii al-ardh. 

Aku yakin setiap jutaan detik yg telah berlalu takkan pernah kembali. Meski dengan segala keterbatasanku dalam berjuang dan meraih ridlo Allah semoga saja senantiasa ada dalam tuntunan-Nya. Aku sangat yakin bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya dariku. Hari-hari yang telah berlalu akan menjadi saksi di hadapan-Mu oleh karenanya berilah cahaya penerang untuk menerangi mereka di kegelapan. Selamatkan dan lindungilah umat Nabi Muhammad yaa Rabb. Tiada bisa hati ini berdusta dan menyembunyikan kesedihan melihat umat Muslim. Cukupkanlah kekuatan untukku dan andai suatu saat Engkau memanggil, aku berharap mampu tersenyum di akhir masaku. Semoga dengan apa yang bisa kulakukan dalam menolong agama-Mu, dapat menjadi Hujjah kelak di hadapan-Mu. "Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lilahi Rabbil 'Alamin". 
(Gugun Sopian)  

                                                                                                              21 April 2014 pukul 20:31