Senin, 21 Juli 2014

WS: Siapa Menjadi Penguasa Tumbal dan Mengapa Huru-Hara?




 
"Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya budak angon (anak gembala)!           
Di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan warisan. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa. Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka hanya memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang.”(Petikan Wangsit Siliwangi)


Fenomena Wangsit Siliwangi (WS) kini telah terkuak dan semakin nyata akan kebenarannya. Di saat masyarakat digonjang-ganjing akan tingkah laku para penguasa yang serakah dan ambisius akan kekuasaan, menghalalkan segala cara dan maraknya penipuan yang ujung-ujungnya rakyat yang dikorbankan. SEBELUM PERGANTIAN KEKUASAAN DAN DILANTIKNYA PENGUASA BARU yang akan duduk di Istana, akan ada berbagai reaksi dari lapisan masyarakat. Budak Angon akan dianggap membawa pengaruh dan berhasil memunculkan gerakan penyadaran dan arus kesadaran tauhid sejati dalam masyarakat. Arus penyadaran umat dan masyarakat yang dibangunnya akan mengakar kuat bahwa sesungguhnya para penguasa di negeri ini adalah penjajah.
            Kemudian di situ akan banyak huru-hara; artinya setelah terbongkarnya siapa sesungguhnya penguasa tersebut, maka nanti akan menuai berbagai reaksi dan protes (demonstrasi) dari masyarakat  yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Tindakan-tindakan para penguasa lambat laun akan terungkap sehingga akan menimbulkan berbagai kerusuhan bahkan aksi-aksi yang anarki untuk menuntut para penguasa atas kesengsaraan rakyat yang disebabkannya.
            Sedangkan, huru-hara yang akan terjadi nanti, diyakini bahwa kejadiannya akan lebih besar daripada tragedi Mei 1998 semasa penggulingan Soeharto. Jika pada kerusuhan Mei 1998 yang telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan banyak kerusakan material serta telah menghancurkan ribuan toko dan sejumlah mobil, gedung-gedung perkantoran, restoran, hotel, pom bensin, kantor polisi, dan kantor-kantor lainnya, maka pada kerusuhan (huru-hara) nanti setelah munculnya budak angon akan lebih parah daripada tragedi Mei 1998.
            Dalam wangsit diungkapkan bahwa kerusuhan tersebut akan bermula dari satu daerah atau kota di Indonesia. Kemudian, kerusuhan itu akan meluas dan menyebar ke berbagai kota besar dengan kecepatan yang mengerikan. Lalu, kerusuhan tersebut nantinya akan bermuara di Jakarta yang selama ini menjadi pusat negara Indonesia.
            Seperti halnya pada peristiwa Mei 1998, aksi-aksi penjarahan yang dilakukan oleh oknum masyarakat selalu terjadi tatkala kerusuhan tengah berlangsung. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar; artinya pada huru-hara yang akan terjadi nanti banyak oknum masyarakat dari berbagai kalangan yang memanfaatkan situasi. Kalangan masyarakat yang bodoh dan menjadi gila tersebut sesungguhnya tidak tahu persoalan apa yang tengah terjadi di negara ini, mereka hanya ikut-ikutan dan saling bertengkar yang dipimpin oleh pemuda gendut (cermati, amati, dan silahkan simpulkan sendiri siapa pemuda gendut ini!) karena ingin mendapatkan warisan (WARISAN KEKUASAAN DARI PENGUASA SAAT INI), yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya.

            Kemudian Prabu Siliwangi menuturkan, “Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.” Ada sisi lain dalam diri manusia dari munculnya sifat serakah ini sebagai hasil dari proses pembelajaran yang berkelanjutan. Karena sifat serakah sejatinya ada dalam diri setiap manusia, namun serakah ini akan tumbuh subur ataukah tersingkir di dalam hatinya tergantung dengan berbagai perilaku kesehariannya dan bagaimana ia melihat segala bentuk materi dunia.  
            Prabu Siliwangi menjelaskan dalam wangsitnya bahwa, “yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka hanya memperebutkan pepesan kosong.” Hal ini merupakan sebuah ISYARAT BAGI KAUM MUSLIM DAN SEGENAP KETURUNAN SUNDA agar  tidak menjadi manusia yang serakah dan terlibat dalam pertengkaran tersebut karena mereka yang nanti bertengkar pun akhirnya akan tersadar dan hanya melakukan usaha yang sia-sia sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang.
            Tanah yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi disini adalah tanah negara yang mana pada saatnya nanti setelah penguasa negeri ini menjadi tumbal kemarahan rakyat, status negara ini pun menjadi darurat dan krisis konstitusional sehingga hukum revolusi pun berlaku. Tanah atau warisan kekuasaan yang semula saling diperebutkan oleh orang-orang yang serakah, namun ternyata sudah habis oleh mereka yang punya uang
Sangat masuk akal jika orang-orang asing lah yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi nu nyarekel gadéan (mereka yang punya uang/ yang memegang gadai-an) yang telah memegang kendali atas tanah dan kekayaan alam Indonesia karena memang kenyataannya saat ini banyak tanah, hutan, pertambangan dan minyak, perusahaan, dan lain-lain telah dijual dan digadaikan oleh penguasa sehingga rakyat tak lagi memiliki hak atas negara ini. Maka, pantas saja jika suatu saat nanti penguasa tersebut akan menjadi tumbal (lawan politiknya pemuda gendut - amati dan silahkan simpulkan sendiri!) kemarahan rakyat yang berujung pada penggulingan kekuasaan dan memicu terjadinya revolusi. Kemudian, nanti setelah negara Indonesia ini bangkrut dan tergadaikan ke pihak asing, akhirnya negara ini mengalami vacuum of power[1],

            Dalam sejarah Indonesia modern, revolusi atas susunan masyarakat hanya terjadi dua kali dan telah menelan korban yang luar biasa jumlahnya, yakni Revolusi Egaliter pada tahun 1945 dan Revolusi Elitis tahun 1965. Sedangkan, revolusi yang akan terjadi nanti merupakan revolusi skala besar yang mampu mengubah sistem politik, ketatanegaraan, ideologi, dan bentuk negara.
            Di dalam revolusi biasanya menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Maka kaitannya dengan revolusi yang akan terjadi nanti di negara ini, bukan hanya penggulingan atas kekuasaan seperti halnya pada reformasi tahun 1998, tapi juga akan menyebabkan vacuum of power.
            Setelah terjadinya pergolakan politik dan kerusuhan besar-besaran yang mengarah kepada pemberontakan nanti, para penguasa lalu menyusup dan melakukan operasi intelijen. Pada dasarnya, operasi intelijen adalah bersifat mengumpulkan informasi. Namun, pada perkembangannya terutama yang berurusan dengan masalah negara, juga ditambah dengan usaha sejauh mana menyelesaikan setiap ancaman yang dilakukan secara efektif, rahasia, dan langsung menuju sasaran.
             Persis dengan apa yang akan dilakukan oleh para penyusup, mereka menganggap kerusuhan yang terjadi nanti merupakan sebuah ancaman bagi negara sehingga mendorong mereka untuk melakukan operasi intelijen taktis yang umumnya dilakukan oleh angkatan bersenjata dan tentunya dibantu oleh pihak asing sehingga membuat yang bertengkar ketakutan yang tidak lain adalah mereka yang berbuat kerusuhan dan pemberontakan menjadi ketakutan karena sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara (takut dianggap telah menjadi penyebab hilangnya negara). Tak terbayangkan bagaimana rasa takut yang menyelimuti diri mereka serta kengerian yang akan dialami oleh mereka.
            Ulah para penguasa yang pernah dan sedang berkuasa di negeri ini memang sudah kelewatan dalam menyengsarakan rakyatnya. Pergantian penguasa dari mulai Orde Lama, Orde Baru, hinggi kini di era reformasi tidak pernah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan, selain penderitaan yang dialami oleh masyarakat akibat dipimpin oleh manusia-manusia yang serakah.
            Oleh karena itu, kepemimpinan adalah perkara penting dalam kehidupan ini karena dapat membawa kejayaan atau kesengsaraan masyarakat yang dipimpinnya, baik di dunia apalagi di akhirat nanti. Banyak orang yang menderita di dunia karena kepemimpinan yang abused power[2] dan banyak pula orang yang masuk neraka karena sewaktu hidupnya mengikuti para penguasa yang durhaka kepada Allah SWT.
            Mereka sangat kecewa sehingga mengutuk penguasa yang sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Betapa besarnya penyesalan dan kemarahan rakyat yang telah didzolimi oleh penguasa yang sebelumnya menjanjikan kesejahteraan, tetapi nyatanya rakyat tak pernah mendapatkan kesejahteraan dan yang ada malah kesengsaraan. Rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat[3]; penguasa yang adil dan dapat membawa negeri ini pada kemajuan, namun malah semakin membuat negeri ini terpuruk. 
               Maka, suatu saat nanti bilamana kerusuhan meletus harus waspada dan jangan lengah kemudian kita harus hati-hati dalam mengikuti seorang pemimpin, jangan sampai perjuangan dan pengorbanan menjadi sia-sia karena mengikuti dan membela pemimpin yang salah. Jika kita mengikuti pemimpin yang serakah dan durhaka kepada Allah (tidak menerapkan hukum Allah) maka perjuangan dan pengorbanannya tak akan bernilai di sisi Allah dan sangat konyol. Kelak, hanya ada satu pemimpin yang benar-benar berjuang untuk menegakkan kebenaran dan menerapkan hukum Allah. Maka ikutilah dia dan berjuanglah bersamanya, karena beliau lah yang akan dimenangkan oleh Allah dan menyandang Ratu Adil. Ketahuilah! Dia juga bukanlah nomor satu ataupun nomor dua. PERLU DIGARISBAWAHI BAHWA, TIDAK AKAN MUNCUL RATU ADIL ATAUPUN SATRIO PININGIT DI INDONESIA SEBELUM TERJADINYA HURU-HARA. 
               Inilah skenario Allah yang Maha Dahsyat yang tak dapat terkira dan terbaca oleh mereka yang hatinya penuh dusta dan tamak. Seakan-akan mereka berada di jalan yang benar, namun Allah mengetahui siapa diantara manusia yang ada di jalan yang lurus. Diantara orang-orang sekuler akan saling berselisih dan bertentangan, namun yang dimenangkan oleh Allah bukanlah diantara mereka berdua, tapi adalah orang-orang yang Haqq yang istiqomah di jalan-Nya. Waspadalah!!  (Gugun Sopian)
Wallahu 'alam.    

Jika ingin mengetahui dan membaca lebih detail, simak Buku "TERBONGKAR: Menjawab Misteri Isi Wangsit Siliwangi" yang secara lengkap mengupas tuntas kebenaran sejarah berdasarkan realita yang akan membuat pembaca semakin tersadar. 

Penulis: Gugun Sopian
Tebal   : 174 halaman 
Penerbit: Pustaka Rahmat  


Buku "TERBONGKAR" Menjawab Misteri Isi Wangsit Siliwangi tersedia di toko-toko buku sebagai berikut: 

  • Toko Buku Toga Mas Supratman dan Buah Batu, Bandung 
  • Rumah Buku Supratman, Bandung 
  • Toko Buku Gelap Nyawang, ITB 
  • Toko Buku Aldy Buku, depan UNPAD Jatinangor
  • Toko Buku IBC, depan UIN Bandung 
  • Toko Buku Alinea (Griya Cinunuk, Cimahi, Kuningan, Subang)
  • Toko Buku Merauke (Cirebon, Garut, Pamanukan, Karawang, Purwakarta, Sukabumi, Bogor)


[2] Menyalahgunakan kekuasaan
[3] Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mukjizat berarti kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Contohnya, mukjizat yang Allah berikan kepada para Nabi dan Rasul. Namun, dalam hal ini, mukjizat yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi dalam wangsitnya adalah adanya perubahan atau perbaikan yang dikehendaki oleh rakyat menuju arah yang lebih baik yang dapat melepaskan mereka dari belenggu kemiskinan. 



[1] Kekosongan kekuasaan