"Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri,
kapan waktunya? Nanti, saat munculnya budak angon (anak gembala)!
Di
situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin
besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan
menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar?
Memperebutkan warisan. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta
bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap
terbawa-bawa. Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka hanya
memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya
uang.”(Petikan Wangsit Siliwangi)
Fenomena Wangsit Siliwangi (WS) kini telah terkuak dan semakin nyata akan kebenarannya. Di saat masyarakat digonjang-ganjing akan tingkah laku para penguasa yang serakah dan ambisius akan kekuasaan, menghalalkan segala cara dan maraknya penipuan yang ujung-ujungnya rakyat yang dikorbankan. SEBELUM PERGANTIAN KEKUASAAN DAN DILANTIKNYA PENGUASA BARU yang akan duduk di Istana, akan ada berbagai reaksi dari lapisan masyarakat. Budak Angon akan dianggap
membawa pengaruh dan berhasil memunculkan gerakan penyadaran dan arus kesadaran
tauhid sejati dalam masyarakat. Arus penyadaran umat dan masyarakat yang
dibangunnya akan mengakar kuat bahwa sesungguhnya para penguasa di negeri ini
adalah penjajah.
Kemudian
di situ akan banyak huru-hara; artinya setelah terbongkarnya siapa
sesungguhnya penguasa tersebut, maka nanti akan menuai berbagai reaksi dan protes (demonstrasi)
dari masyarakat yang bermula di satu
daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Tindakan-tindakan
para penguasa lambat laun akan terungkap sehingga akan menimbulkan berbagai
kerusuhan bahkan aksi-aksi yang anarki untuk menuntut para penguasa atas
kesengsaraan rakyat yang disebabkannya.
Sedangkan,
huru-hara yang akan terjadi nanti, diyakini bahwa
kejadiannya akan lebih besar daripada tragedi Mei 1998 semasa penggulingan
Soeharto. Jika pada kerusuhan Mei 1998 yang telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan
banyak kerusakan material serta telah menghancurkan ribuan toko dan sejumlah mobil,
gedung-gedung perkantoran, restoran, hotel, pom bensin, kantor polisi, dan
kantor-kantor lainnya, maka pada kerusuhan (huru-hara) nanti setelah munculnya budak
angon akan lebih parah daripada tragedi Mei 1998.
Dalam wangsit diungkapkan bahwa kerusuhan
tersebut akan bermula dari satu daerah atau kota di Indonesia. Kemudian,
kerusuhan itu akan meluas dan menyebar ke berbagai kota besar dengan kecepatan
yang mengerikan. Lalu, kerusuhan tersebut nantinya akan bermuara di Jakarta
yang selama ini menjadi pusat negara Indonesia.
Seperti
halnya pada peristiwa Mei 1998, aksi-aksi penjarahan yang dilakukan oleh oknum
masyarakat selalu terjadi tatkala kerusuhan tengah berlangsung. Yang tidak
tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar; artinya pada
huru-hara yang akan terjadi nanti banyak oknum masyarakat dari berbagai
kalangan yang memanfaatkan situasi. Kalangan masyarakat yang bodoh dan menjadi
gila tersebut sesungguhnya tidak tahu persoalan apa yang tengah terjadi di
negara ini, mereka hanya ikut-ikutan dan saling bertengkar yang dipimpin oleh pemuda
gendut (cermati, amati, dan silahkan simpulkan sendiri siapa pemuda gendut ini!) karena ingin mendapatkan warisan (WARISAN KEKUASAAN DARI PENGUASA SAAT INI), yang sudah punya ingin lebih, yang berhak
meminta bagiannya.
Kemudian
Prabu Siliwangi menuturkan, “Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya
menonton tapi tetap terbawa-bawa.” Ada sisi lain dalam diri manusia dari
munculnya sifat serakah ini sebagai hasil dari proses pembelajaran yang
berkelanjutan. Karena sifat serakah sejatinya ada dalam diri setiap manusia,
namun serakah ini akan tumbuh subur ataukah tersingkir di dalam hatinya
tergantung dengan berbagai perilaku kesehariannya dan bagaimana ia melihat
segala bentuk materi dunia.
Prabu
Siliwangi menjelaskan dalam wangsitnya bahwa, “yang bertengkar lalu terdiam
dan sadar ternyata mereka hanya memperebutkan pepesan kosong.” Hal ini
merupakan sebuah ISYARAT BAGI KAUM MUSLIM DAN SEGENAP KETURUNAN SUNDA agar tidak menjadi manusia yang serakah
dan terlibat dalam pertengkaran tersebut karena mereka yang nanti bertengkar
pun akhirnya akan tersadar dan hanya melakukan usaha yang sia-sia sebab
tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang.
Tanah
yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi disini adalah tanah negara yang mana pada
saatnya nanti setelah penguasa negeri ini menjadi tumbal kemarahan rakyat,
status negara ini pun menjadi darurat dan krisis konstitusional sehingga hukum
revolusi pun berlaku. Tanah atau warisan kekuasaan yang semula saling diperebutkan oleh
orang-orang yang serakah, namun ternyata sudah habis oleh mereka yang punya
uang.
Sangat masuk akal jika orang-orang
asing lah yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi nu nyarekel gadéan (mereka
yang punya uang/ yang memegang gadai-an) yang telah memegang kendali atas tanah
dan kekayaan alam Indonesia karena memang kenyataannya saat ini banyak tanah, hutan, pertambangan dan minyak, perusahaan, dan lain-lain telah dijual dan digadaikan oleh penguasa sehingga rakyat tak lagi memiliki hak atas negara ini. Maka, pantas saja jika
suatu saat nanti penguasa tersebut akan menjadi tumbal (lawan politiknya pemuda gendut - amati dan silahkan simpulkan sendiri!) kemarahan rakyat yang berujung
pada penggulingan kekuasaan dan memicu terjadinya revolusi. Kemudian, nanti setelah negara
Indonesia ini bangkrut dan tergadaikan ke pihak asing, akhirnya negara ini mengalami
vacuum of power[1],
Dalam
sejarah Indonesia modern, revolusi atas susunan masyarakat hanya terjadi dua
kali dan telah menelan korban yang luar biasa jumlahnya, yakni Revolusi
Egaliter pada tahun 1945 dan Revolusi Elitis tahun 1965. Sedangkan, revolusi
yang akan terjadi nanti merupakan revolusi skala besar yang mampu mengubah
sistem politik, ketatanegaraan, ideologi, dan bentuk negara.
Di
dalam revolusi biasanya menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan
membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Maka kaitannya
dengan revolusi yang akan terjadi nanti di negara ini, bukan hanya penggulingan
atas kekuasaan seperti halnya pada reformasi tahun 1998, tapi juga akan
menyebabkan vacuum of power.
Setelah
terjadinya pergolakan politik dan kerusuhan besar-besaran yang mengarah kepada
pemberontakan nanti, para penguasa lalu menyusup dan melakukan operasi
intelijen. Pada dasarnya, operasi intelijen adalah bersifat mengumpulkan
informasi. Namun, pada perkembangannya terutama yang berurusan dengan masalah
negara, juga ditambah dengan usaha sejauh mana menyelesaikan setiap ancaman
yang dilakukan secara efektif, rahasia, dan langsung menuju sasaran.
Persis dengan apa yang akan dilakukan oleh
para penyusup, mereka menganggap kerusuhan yang terjadi nanti merupakan sebuah
ancaman bagi negara sehingga mendorong mereka untuk melakukan operasi intelijen
taktis yang umumnya dilakukan oleh angkatan bersenjata dan tentunya dibantu
oleh pihak asing sehingga membuat yang bertengkar ketakutan yang tidak
lain adalah mereka yang berbuat kerusuhan dan pemberontakan menjadi ketakutan
karena sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara (takut dianggap telah
menjadi penyebab hilangnya negara). Tak terbayangkan bagaimana rasa takut yang
menyelimuti diri mereka serta kengerian yang akan dialami oleh mereka.
Ulah
para penguasa yang pernah dan sedang berkuasa di negeri ini memang sudah
kelewatan dalam menyengsarakan rakyatnya. Pergantian penguasa dari mulai Orde
Lama, Orde Baru, hinggi kini di era reformasi tidak pernah memberikan
kemakmuran dan kesejahteraan, selain penderitaan yang dialami oleh masyarakat
akibat dipimpin oleh manusia-manusia yang serakah.
Oleh
karena itu, kepemimpinan adalah perkara penting dalam kehidupan ini karena
dapat membawa kejayaan atau kesengsaraan masyarakat yang dipimpinnya, baik di
dunia apalagi di akhirat nanti. Banyak orang yang menderita di dunia karena
kepemimpinan yang abused power[2]
dan banyak pula orang yang masuk neraka karena sewaktu hidupnya mengikuti para
penguasa yang durhaka kepada Allah SWT.
Mereka
sangat kecewa sehingga mengutuk penguasa yang sudah kelewatan menyengsarakan
rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Betapa
besarnya penyesalan dan kemarahan rakyat yang telah didzolimi oleh penguasa
yang sebelumnya menjanjikan kesejahteraan, tetapi nyatanya rakyat tak pernah
mendapatkan kesejahteraan dan yang ada malah kesengsaraan. Rakyat yang sudah
berharap agar ada mukjizat[3];
penguasa yang adil dan dapat membawa negeri ini pada kemajuan, namun malah
semakin membuat negeri ini terpuruk.
Maka, suatu saat nanti bilamana kerusuhan meletus harus waspada dan jangan lengah kemudian kita harus hati-hati dalam mengikuti seorang pemimpin, jangan sampai perjuangan dan pengorbanan menjadi sia-sia karena mengikuti dan membela pemimpin yang salah. Jika kita mengikuti pemimpin yang serakah dan durhaka kepada Allah (tidak menerapkan hukum Allah) maka perjuangan dan pengorbanannya tak akan bernilai di sisi Allah dan sangat konyol. Kelak, hanya ada satu pemimpin yang benar-benar berjuang untuk menegakkan kebenaran dan menerapkan hukum Allah. Maka ikutilah dia dan berjuanglah bersamanya, karena beliau lah yang akan dimenangkan oleh Allah dan menyandang Ratu Adil. Ketahuilah! Dia juga bukanlah nomor satu ataupun nomor dua. PERLU DIGARISBAWAHI BAHWA, TIDAK AKAN MUNCUL RATU ADIL ATAUPUN SATRIO PININGIT DI INDONESIA SEBELUM TERJADINYA HURU-HARA.
Inilah skenario Allah yang Maha Dahsyat yang tak dapat terkira dan terbaca oleh mereka yang hatinya penuh dusta dan tamak. Seakan-akan mereka berada di jalan yang benar, namun Allah mengetahui siapa diantara manusia yang ada di jalan yang lurus. Diantara orang-orang sekuler akan saling berselisih dan bertentangan, namun yang dimenangkan oleh Allah bukanlah diantara mereka berdua, tapi adalah orang-orang yang Haqq yang istiqomah di jalan-Nya. Waspadalah!! (Gugun Sopian)
Inilah skenario Allah yang Maha Dahsyat yang tak dapat terkira dan terbaca oleh mereka yang hatinya penuh dusta dan tamak. Seakan-akan mereka berada di jalan yang benar, namun Allah mengetahui siapa diantara manusia yang ada di jalan yang lurus. Diantara orang-orang sekuler akan saling berselisih dan bertentangan, namun yang dimenangkan oleh Allah bukanlah diantara mereka berdua, tapi adalah orang-orang yang Haqq yang istiqomah di jalan-Nya. Waspadalah!! (Gugun Sopian)
Wallahu 'alam.
Jika ingin mengetahui dan membaca lebih detail, simak Buku "TERBONGKAR: Menjawab Misteri Isi Wangsit Siliwangi" yang secara lengkap mengupas tuntas kebenaran sejarah berdasarkan realita yang akan membuat pembaca semakin tersadar.
Penulis: Gugun Sopian
Tebal : 174 halaman
Penerbit: Pustaka Rahmat
Buku "TERBONGKAR" Menjawab Misteri Isi Wangsit Siliwangi tersedia di toko-toko buku sebagai berikut:
- Toko Buku Toga Mas Supratman dan Buah Batu, Bandung
- Rumah Buku Supratman, Bandung
- Toko Buku Gelap Nyawang, ITB
- Toko Buku Aldy Buku, depan UNPAD Jatinangor
- Toko Buku IBC, depan UIN Bandung
- Toko Buku Alinea (Griya Cinunuk, Cimahi, Kuningan, Subang)
- Toko Buku Merauke (Cirebon, Garut, Pamanukan, Karawang, Purwakarta, Sukabumi, Bogor)
[2]
Menyalahgunakan kekuasaan
[3]
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mukjizat berarti kejadian (peristiwa)
ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Contohnya, mukjizat
yang Allah berikan kepada para Nabi dan Rasul. Namun, dalam hal ini, mukjizat
yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi dalam wangsitnya adalah adanya perubahan
atau perbaikan yang dikehendaki oleh rakyat menuju arah yang lebih baik yang
dapat melepaskan mereka dari belenggu kemiskinan.
[1]
Kekosongan kekuasaan