Sabtu, 02 Agustus 2014

Tersenyum di Akhir Masa




Tangan dan hati ini terkadang lupa dan terlena sebab mimpi dunia yang menodai jiwa. Sehingga lupa akan tugas dan kewajiban untuk menyeru orang tua, keluarga, sahabat, teman, dan lainnya untuk beribadah kepada Allah serta memurnikan-Nya. Aku semakin takut jika membiarkan mereka terus menerus tenggelam di dalam kemusyrikan dan keterlenaannya akan dunia. 

Sementara tidak banyak yang bisa aku perbuat karena kelemahan dalam menghadapi ujian dan tantangan. Ujian seorang Muslim bukan hanya hawa nafsu di dalam dirinya, tapi juga musuh-musuh Islam yang tidak pernah Ridlo jika Islam tegak. Yahudi, Nashrani, dan Majusi bahkan Atheis dan Komunis selalu merusak aqidah umat dan semakin menjauhkan nilai-nilai Islam di dalam kehidupan. Rusaklah Islam dari dalam dengan bermunculannya sekte-sekte yang mengatasnamakan "Islam". Selain mereka, terdapat penyakit tumor ganas Syiah yang mengaku "Islam" tapi tak bisa berkaca dan tak mau menerima kebenaran sejarah. Aku tahu, adanya musuh-musuh Islam tersebut hakikatnya merupakan ujian dari Allah bagi setiap hamba-hamba-Nya untuk meraih surga yang memang tidak mudah. 

Jangan tanya mengapa hari ini sesama Muslim saling mencela walau sejatinya masing-masing mereka sudah tau penyebabnya. Jangan terheran-heran mengapa mereka yang mengaku Muslim semakin sibuk menghias penampilan dirinya bukan hatinya dan hiburan menjadi pilihan bukan tadarusan. Jangan bertanya mengapa hari ini semakin banyak Muslim berlomba-lomba menumpuk kekayaan dengan dalih untuk anak cucu meski mereka tahu bahwa Rasulullah SAW sebagai teladan yang tawadhu dan tidak meninggalkan harta warisan bagi anak-anaknya. Dan lebih miris menyaksikan Muslim hari ini yang silau dengan jabatan meskipun mereka tau bahwa amanah itu berat pertanggungjawabannya. Inilah, saat dimana kata-kata fastabiqul khairat hanya mencapai lisan sementara hatinya berlomba-lomba di dalam kedengkian yang nyata.

Benang ini semakin kusut dan semrawut saat tiap-tiap kelompok Islam saling membanggakan kelompoknya. Islam bukan hanya terkotak-kotak namun juga membuat musuh-musuh Allah tertawa terbahak-bahak. Celaan dan ejekan masing-masing kelompok pada setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap hari aku lihat dan saksikan meskipun sesungguhnya hati mereka menginginkan Islam untuk bersatu. Sebab hawa nafsu yang mengendalikannya, Iman pun dikesampingkan demi harga diri sendiri bukan demi Tauhid yang tertinggi.

Sedih hati ini menyaksikan Islam hari ini. Ya ini memang ujian bagi orang-orang yang Ikhlas meninggikan kalimatullah, bukan bagi mereka yang munafik dan fasiq yang menjadi da'i bayaran atau pejuang seketika. Mengatakan ingin berjuang di jalan Alllah dan bergabung dengan lembaga da'wah namun setelah mendapatkan akhwat hilang seketika. Miris memang. Islam saat ini hanya membutuhkan para pejuang yang Ikhlas seperti Umar Ibnu Khattab dan Salahuddin al-Ayubi juga mujahidah Nusaibah binti Ka'ab. Saat ini, mencari yang seperti mereka seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Kini, aku sangat merindukan orang-orang yang ikhlas dan soleh agar bisa saling bahu membahu menegakkan tauhid. Sedikit sekali apa yang bisa kulakukan untuk Islam dan menolong agama Allah padahal cita-cita ini syahid di jalan-Nya. Malu diri ini yang tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan dan kelemahan. Sementara, waktu akan terus berjalan dan kejahiliyahan di masyarakat semakin membabi buta. Dengan berlandaskan asma Rahman dan Rahim, aku menyayangi mereka oleh karenanya aku berjuang. Bukan karena benci, namun sekedar ingin menyelematkan mereka dari siksa-Nya kelak. Biarlah aku menjadi lilin yang menerangi kegelapan meski akan habis terbakar. Sederhana saja alasannya, karena memang tidak bisa bersembunyi dari Allah dan kelak tidak mampu memberi alasan kepada-Nya mengapa tidak menunaikan tugas sebagai khalifatu fii al-ardh. 

Aku yakin setiap jutaan detik yg telah berlalu takkan pernah kembali. Meski dengan segala keterbatasanku dalam berjuang dan meraih ridlo Allah semoga saja senantiasa ada dalam tuntunan-Nya. Aku sangat yakin bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya dariku. Hari-hari yang telah berlalu akan menjadi saksi di hadapan-Mu oleh karenanya berilah cahaya penerang untuk menerangi mereka di kegelapan. Selamatkan dan lindungilah umat Nabi Muhammad yaa Rabb. Tiada bisa hati ini berdusta dan menyembunyikan kesedihan melihat umat Muslim. Cukupkanlah kekuatan untukku dan andai suatu saat Engkau memanggil, aku berharap mampu tersenyum di akhir masaku. Semoga dengan apa yang bisa kulakukan dalam menolong agama-Mu, dapat menjadi Hujjah kelak di hadapan-Mu. "Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lilahi Rabbil 'Alamin". 
(Gugun Sopian)  

                                                                                                              21 April 2014 pukul 20:31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar