Tangan
dan hati ini terkadang lupa dan terlena sebab mimpi dunia yang menodai jiwa.
Sehingga lupa akan tugas dan kewajiban untuk menyeru orang tua, keluarga,
sahabat, teman, dan lainnya untuk beribadah kepada Allah serta memurnikan-Nya.
Aku semakin takut jika membiarkan mereka terus menerus tenggelam di dalam
kemusyrikan dan keterlenaannya akan dunia.
Sementara
tidak banyak yang bisa aku perbuat karena kelemahan dalam menghadapi ujian dan
tantangan. Ujian seorang Muslim bukan hanya hawa nafsu di dalam dirinya, tapi
juga musuh-musuh Islam yang tidak pernah Ridlo jika Islam tegak. Yahudi,
Nashrani, dan Majusi bahkan Atheis dan Komunis selalu merusak aqidah umat dan semakin menjauhkan
nilai-nilai Islam di dalam kehidupan. Rusaklah Islam dari dalam dengan
bermunculannya sekte-sekte yang mengatasnamakan "Islam". Selain
mereka, terdapat penyakit tumor ganas Syiah yang mengaku "Islam" tapi
tak bisa berkaca dan tak mau menerima kebenaran sejarah. Aku tahu, adanya musuh-musuh
Islam tersebut hakikatnya merupakan ujian dari Allah bagi setiap
hamba-hamba-Nya untuk meraih surga yang memang tidak mudah.
Jangan
tanya mengapa hari ini sesama Muslim saling mencela walau sejatinya
masing-masing mereka sudah tau penyebabnya. Jangan terheran-heran mengapa
mereka yang mengaku Muslim semakin sibuk menghias penampilan dirinya bukan
hatinya dan hiburan menjadi pilihan bukan tadarusan. Jangan bertanya mengapa
hari ini semakin banyak Muslim berlomba-lomba menumpuk kekayaan dengan dalih
untuk anak cucu meski mereka tahu bahwa Rasulullah SAW sebagai teladan yang
tawadhu dan tidak meninggalkan harta warisan bagi anak-anaknya. Dan lebih miris
menyaksikan Muslim hari ini yang silau dengan jabatan meskipun mereka tau bahwa
amanah itu berat pertanggungjawabannya. Inilah, saat dimana kata-kata
fastabiqul khairat hanya mencapai lisan sementara hatinya berlomba-lomba di
dalam kedengkian yang nyata.
Benang
ini semakin kusut dan semrawut saat tiap-tiap kelompok Islam saling
membanggakan kelompoknya. Islam bukan hanya terkotak-kotak namun juga membuat
musuh-musuh Allah tertawa terbahak-bahak. Celaan dan ejekan masing-masing
kelompok pada setiap bulan, setiap minggu, bahkan setiap hari aku lihat dan
saksikan meskipun sesungguhnya hati mereka menginginkan Islam untuk bersatu.
Sebab hawa nafsu yang mengendalikannya, Iman pun dikesampingkan demi harga diri
sendiri bukan demi Tauhid yang tertinggi.
Sedih
hati ini menyaksikan Islam hari ini. Ya ini memang ujian bagi orang-orang yang
Ikhlas meninggikan kalimatullah, bukan bagi mereka yang munafik dan fasiq yang
menjadi da'i bayaran atau pejuang seketika. Mengatakan ingin berjuang di jalan
Alllah dan bergabung dengan lembaga da'wah namun setelah mendapatkan akhwat
hilang seketika. Miris memang. Islam saat ini hanya membutuhkan para pejuang
yang Ikhlas seperti Umar Ibnu Khattab dan Salahuddin al-Ayubi juga mujahidah
Nusaibah binti Ka'ab. Saat ini, mencari yang seperti mereka seperti mencari
jarum di tumpukan jerami.
Kini,
aku sangat merindukan orang-orang yang ikhlas dan soleh agar bisa saling bahu
membahu menegakkan tauhid. Sedikit sekali apa yang bisa kulakukan untuk Islam
dan menolong agama Allah padahal cita-cita ini syahid di jalan-Nya. Malu diri
ini yang tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan dan kelemahan. Sementara,
waktu akan terus berjalan dan kejahiliyahan di masyarakat semakin membabi buta.
Dengan berlandaskan asma Rahman dan Rahim, aku menyayangi mereka oleh karenanya
aku berjuang. Bukan karena benci, namun sekedar ingin menyelematkan mereka dari
siksa-Nya kelak. Biarlah aku menjadi lilin yang menerangi kegelapan meski akan
habis terbakar. Sederhana saja alasannya, karena memang tidak bisa bersembunyi
dari Allah dan kelak tidak mampu memberi alasan kepada-Nya mengapa tidak
menunaikan tugas sebagai khalifatu fii al-ardh.
Aku
yakin setiap jutaan detik yg telah berlalu takkan pernah kembali. Meski dengan
segala keterbatasanku dalam berjuang dan meraih ridlo Allah semoga saja
senantiasa ada dalam tuntunan-Nya. Aku sangat yakin bahwa Allah akan meminta
pertanggungjawabannya dariku. Hari-hari yang telah berlalu akan menjadi saksi
di hadapan-Mu oleh karenanya berilah cahaya penerang untuk menerangi mereka di
kegelapan. Selamatkan dan lindungilah umat Nabi Muhammad yaa Rabb. Tiada bisa
hati ini berdusta dan menyembunyikan kesedihan melihat umat Muslim. Cukupkanlah
kekuatan untukku dan andai suatu saat Engkau memanggil, aku berharap mampu
tersenyum di akhir masaku. Semoga dengan apa yang bisa kulakukan dalam menolong agama-Mu, dapat menjadi Hujjah kelak di hadapan-Mu. "Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati
lilahi Rabbil 'Alamin".
(Gugun Sopian)
(Gugun Sopian)
21 April 2014 pukul 20:31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar