TAHAPAN
MEMBESARKAN
DAN
MENDIDIK
ANAK DALAM ISLAM
(Bagian 2)
Pada
dua tahun pertama (5-6 tahun) seluruh anggota tubuh anak sudah tumbuh sempurna,
sehingga anak dapat melakukan hampir semua aktivitas dengan sendirinya.
Gerakannya akan semakin banyak, sehingga dia enggan ketika kita menyuruhnya
untuk diam. Inilah saat yang tepat untuk menanamkan jiwa mandiri pada anak. Dia
akan senang hati bila dapat memakai baju sendiri, mengenakan sepatu sendiri,
tentunya dengan dorongan dan pujian.
Usia
inilah, masa hayal dimana anak akan mengekspresikan hayalan yang tinggi. Sebuah
kursi di tangannya akan menjadi stir mobil dengan suara mobil yang ditirukan
oleh mulutnya. Dia akan mendengarkan suara adzan dan meniru apa yang dia dengar
dan dia lihat. Peniru yang paling sempurna adalah manusia berusia di bawah 10
tahun, maka sebagai para pendidik akan sangat berhasil ketika dia menyuguhkan
sesuatu yang sesuai dengan harapannya pada waktu yang tepat.
Menceritakan
kisah orang-orang sholeh dengan penyampaian yang menarik disertai sikap dan
contoh yang menyenangkan, tentu anak yang mendengar akan tertarik dan ia
berkeinginan untuk menirunya. Inilah contoh didikan Rasulullah SAW dan
kelembutan beliau begitu terasa sekali akibatnya sampai saat ini.
1. Mengajak pergi seraya menasihati
dan mengajari
Abdullah
bin Annas putra paman Rasulullah SAW, suatu ketika diajak oleh Rasulullah SAW
jalan bersama di atas unta, dalam perjalanan ini Rasulullah mengisinya dengan
beberapa pelajaran sesuai dengan jenjang usianya dan kemampuan daya fikirnya
melalui dialog ringkas, langsung dan mudah, tetapi sarat dengan makna-makna
yang agung lagi mudah dicerna dan ditunjukkan oleh anak seusia dengannya.
Rasulullah SAW bersabda: “Hai anak muda,
sesungguhnya aku akan memberimu beberapa pelajaran yaitu: peliharalah Allah,
niscaya Dia akan balas memelihara mu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan
menjumpai-Nya di hadapanmu, jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Dan jika
kamu memohon ampun, mohon ampunlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andai
kata seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya
mereka tidak akan memberikannya kepadamu. Kecuali sesuatu yang telah
ditakdirkan oleh Allah untukmu, dan andai kata mereka bersatu padu untuk
menimpakan suatu bahaya kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat
membahayakanmu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah bagimu. Pena
telah dia angkat dan lembaran catatan telah mongering”. (HR. Tirmidzi)
2. Menarik hati anak dengan sapaan
yang lembut
Komunikasi
yang baik adalah salah satu penyebab bertumbuh kembangnya pribadi anak. Percaya
diri dapat meningkatkan semangat spiritual serta dapat memperbaiki kondisi
psikologisnya, memanggil dengan nama yang disukainya, gelarnya, atau sebutan
yang baik, sebagaimana Rasulullah SAW seringkali memanggil anak kecil dengan
ungkapan “hai anak muda, sesungguhnya aku
akan memberimu beberapa pelajaran” hai anak muda, sebutlah nama Allah dan
makanlah dengan tangan kananmu!” …… dan seterusnya. Nabi SAW pernah memanggil
anak-anak Ja’far putra pamannya melalui ungkapan berikut, “panggilah kepada ku
anak-anak saudaraku”
3. Menghargai mainan anak
Aisyah
setelah dinikahi Nabi SAW pada usianya yang masih muda, beliau membawa serta
mainannya beberapa boneka ke rumah Nabi, bahkan Nabi mengajak semua teman-teman
Aisyah ke dalam rumahnya untuk main-main dengan Aisyah. Inilah yang merupakan
penghargaan dari Nabi SAW terhadap mainan anak-anak. Jika anak-anak memang
perlu mainan guna mengembangkan, meluaskan pengetahuan dan memberikan kesibukan
pada indera dan kesibukannya.
4. Tidak membubarkan anak bermain
Annas
r.a, pelayan Rasulullah SAW menceritakan, “pada
suatu hari aku melayani Rasulullah setelah kurasakan bahwa tugasku untuk
melayani beliau telah selesai dan kukira beliau sedang istirahat siang, aku
keluar menuju tempat anak-anak bermain, lalu beliau memanggilku dan menyuruhku
untuk suatu keperluan. Akupun segera pergi untuk memuliakannya. Sedang beliau
duduk di bawah naungan pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad)
5. Tidak memisahkan anak dari
keluarganya
“Barang siapa yang memisahkan
antara ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan
orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat nanti” (HR. Tirmidzi)
6. Tidak banyak mencela dan menegur
anak
Banyak
mencela dan menegur akan berakibat anak semakin berani melakukan keburukan.
Rasulullah SAW tidak pernah melakukan banyak teguran terhadap anak dan tidak
pula mencela, dan beliau selalu menanamkan dalam jiwa anak perasaan mawas diri
dan ketelitian yang berkaitan erat dengan akhlak yang mulia, semua itu
dirasakan oleh Annas r.a yang pernah melayani Rasulullah SAW, lalu
diungkapkannya melalui hadits; “Aku telah
melayani Rasulullah selama 10 tahun, Demi Allah beliau tidak pernah
mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan “mengapa
engkau lakukan?” dan pula tidak pernah mengatakan “mengapa tidak engkau
lakukan?” (HR. Bukhari)
Dalam
hal ini Imam Ghazali mempunyai nasihat yang sangat berharga untuk para orang
tua. Ia mengatakan, “janganlah anda
banyak mengerahkan anak didik anda dengan celaan setiap saat, karena
sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi terbiasa dengan celaan, yang
akhirnya ia akan bertambah berani melakukan keburukan dan nasihat pun tidak
dapat mempengaruhi hatinya lagi. Hendaklah seorang pendidik selalu bersikap
menjaga wibawa dalam berbicara dengan anak didiknya. Untuk itu jangan sering
mencelanya, kecuali hanya sesekali saja dan hendaknya sang ibu menakuti anaknya
dengan ayahnya serta membantu ayah mencegah dari melakukan keburukan”.
7. Membimbing anak kepada akhlak mulia
Dari
Annas r.a telah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda kepadanya “wahai anakku bila engkau mampu membersihkan
dirimu dari kecurangan terhadap seseorang, baik pagi maupun petang hari, maka
lakukanlah!” selanjutnya beliau melanjutkan “yang demikian itu termasuk
tuntunanku, barang siapa yang menghidupkan tuntunanku, berarti dia mencintaiku,
niscaya engkau akan bersamaku di surga.” (HR. Tirmidzi)
Dalam
hadits ini Rasulullah SAW mendidik kita untuk selalu membersihkan hati dari
segala penyakit yang merusaknya, karena hati adalah pusat dan sumber kepribadian
seseorang.
8. Mendo’akan kebaikan untuk anak
Annas
r.a menceritakan ibunya berkata kepada Rasulullah SAW “wahai Rasulullah, inilah Annas anak laki-laki kesayanganku. Sengaja
aku bawa kepada engkau untuk menjadi pelayanmu, maka doakanlah dia kepada
Allah, Nabi pun berdo’a; “Ya Allah
perbanyaklah harta dan anaknya dan berkahilah dia dalam semua pemberian yang
telah engkau anugerahkan kepadanya”
Selanjutnya
Annas mengatakan “Maka demi Allah
sesungguhnya anak cucuku sekarang jumlahnya bena-benar mencapai kurang lebih
100 orang.” (HR. Muslim)
Rasulullah juga
pernah bersabda, “Ada tiga macam do’a
yang tidak diragukan lagi pasti diterima, yaitu do’a orang yang teraniaya, do’a
seorang musafir, do’a orang tua kepada anaknya.” (HR. Tirmidzi)
Wallahu 'alam. (Gugun Sopian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar