Berdasarkan zhahir hadits yang dikutip bahwa peristiwa “ash shulh” dan
memerangi “musuh dari belakang” terjadi beruntun, karena Rasul
menggunakan kata “fa” yang maksudnya tidak ada jeda. Sedangkan
peristiwa Al Malhamah Al Kubro sendiri terjadi saat kaum muslimin pulang
dari peperangan melawan “musuh dari belakang” tadi. Artinya,
jeda hanya terjadi sesaat seusai peperangan sebelum akhirnya kaum
Muslimin pulang, dan Rasul tidak menceritakan adanya peristiwa besar
yang lain sebelum terjadinya Al Malhamah Al Kubro. Faktanya, pada
saat peristiwa “ash shulh” dan Al Malhamah Al Kubro terjadi, kaum
muslimin sudah memiliki benteng dan perkemahan di bumi Syam yang
diberkahi. Artinya, bumi Syam sudah ditaklukan oleh kaum Muslimin,
sebagaimana hadits berikut:
” ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻤﻠﺤﻤﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﻓﺴﻄﺎﻁ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ،
ﺑﺄﺭﺽ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺍﻟﻐﻮﻃﺔ ، ﻓﻴﻬﺎ ﻣﺪﻳﻨﺔ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺩﻣﺸﻖ ، ﺧﻴﺮ ﻣﻨﺎﺯﻝ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
ﻳﻮﻣﺌﺬ ” ” ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ ، ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ .
Perkemahan kaum
muslimin pada hari Al Malhamah adalah di Ghouthah, dekat kota Damaskus,
itulah sebaik-baik tempat bagi kaum muslimin pada hari itu. [Mustadrak
Ala Shahihain Kitabul Fitan wal Malahim 8543] Dengan kata lain,
setelah Persia (Iran) ditaklukan barulah kaum Muslimin menaklukan Syam, lalu
mengadakan perjanjian dengan Romawi, lalu memerangi “pasukan dari
belakang”, lalu terjadilah Al Malhamah Al Kubro, yaitu pertempuran
besar-besaran antara Romawi melawan umat Islam dan akhirnya Romawi dapat
ditaklukan dengan idzin Allah. Adapun peristiwa Al Malhamah Al Kubro terjadi setelah Romawi mendatangi A’maq atau Dabiq, sebagaimana hadits :
ﻻ ﺗﻘﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺣﺘﻰ ﻳﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﻭﻡ ﺑﺎﻷﻋﻤﺎﻕ ﺃﻭ ﺑﺪﺍﺑﻖ ﻓﻴﺨﺮﺝ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺟﻴﺶ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻣﻦ ﺧﻴﺎﺭ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﺭﺽ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﻓﺈﺫﺍ ﺗﺼﺎﻓﻮﺍ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﻟﺮﻭﻡ ﺧﻠﻮﺍ ﺑﻴﻨﻨﺎ ﻭﺑﻴﻦ
ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺳﺒﻮﺍ ﻣﻨﺎ ﻧﻘﺎﺗﻠﻬﻢ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻻ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻧﺨﻠﻲ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻭﺑﻴﻦ ﺇﺧﻮﺍﻧﻨﺎ
ﻓﻴﻘﺎﺗﻠﻮﻧﻬﻢ ﻓﻴﻨﻬﺰﻡ ﺛﻠﺚ ﻻ ﻳﺘﻮﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﺑﺪﺍ ﻭﻳﻘﺘﻞ ﺛﻠﺜﻬﻢ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺸﻬﺪﺍﺀ
ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﻔﺘﺘﺢ ﺍﻟﺜﻠﺚ ﻻ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﺃﺑﺪﺍ ﻓﻴﻔﺘﺘﺤﻮﻥ ﻗﺴﻄﻨﻄﻴﻨﻴﺔ ﻓﺒﻴﻨﻤﺎ ﻫﻢ ﻳﻘﺘﺴﻤﻮﻥ
ﺍﻟﻐﻨﺎﺋﻢ ﻗﺪ ﻋﻠﻘﻮﺍ ﺳﻴﻮﻓﻬﻢ ﺑﺎﻟﺰﻳﺘﻮﻥ ﺇﺫ ﺻﺎﺡ ﻓﻴﻬﻢ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺇﻥ ﺍﻟﻤﺴﻴﺢ ﻗﺪ ﺧﻠﻔﻜﻢ
ﻓﻲ ﺃﻫﻠﻴﻜﻢ ﻓﻴﺨﺮﺟﻮﻥ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺎﻃﻞ ﻓﺈﺫﺍ ﺟﺎﺅﻭﺍ ﺍﻟﺸﺎﻡ ﺧﺮﺝ ﻓﺒﻴﻨﻤﺎ ﻫﻢ ﻳﻌﺪﻭﻥ ﻟﻠﻘﺘﺎﻝ
ﻳﺴﻮﻭﻥ ﺍﻟﺼﻔﻮﻑ ﺇﺫ ﺃﻗﻴﻤﺖ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻨﺰﻝ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺄﻣﻬﻢ
ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺁﻩ ﻋﺪﻭ ﺍﻟﻠﻪ ﺫﺍﺏ ﻛﻤﺎ ﻳﺬﻭﺏ ﺍﻟﻤﻠﺢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻓﻠﻮ ﺗﺮﻛﻪ ﻻﻧﺬﺍﺏ ﺣﺘﻰ ﻳﻬﻠﻚ
ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻘﺘﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﺮﻳﻬﻢ ﺩﻣﻪ ﻓﻲ ﺣﺮﺑﺘﻪ . ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻃﻮﻳﻞ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ
ﺍﻟﻔﺘﻦ ( 2897 ) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ
Tidak akan
terjadi kiamat sehingga bangsa Romawi sampai di A’maq atau Dabiq.
Kedatangan mereka dihadapi oleh sebuah pasukan yang keluar dari kota
Madinah yang merupakan penduduk bumi yang terbaik pada masa itu. Pada
saat mereka telah berbaris, bangsa Romawi menggertak : “Biarkan kami
masuk untuk membuat perhitungan dengan orang-orang kami yang kalian
tawan!” Mendengar gertakan tersebut, kaum muslimin menjawab : “Demi
Allah, kami tak akan membiarkan kalian mengusik saudara-saudara kami!”
Maka terjadilah peperangan antara kedua pasukan.
Sepertiga
pasukan Islam akan melarikan diri, maka Allah tidak akan mengampuni
mereka selama-lamanya. Sepertiga pasukan Islam akan terbunuh, merekalah
sebaik-baik syuhada. Sepertiga yang lainnya akan memperoleh kemenangan
dan tidak akan terkena fitnah sedikitpun selamanya. Kemudian mereka
menaklukan kota Konstantinopel. Ketika mereka tengah membagi-bagi harta
rampasan perang dan telah menggantungkan pedang-pedang mereka pada pohon
Zaitun, mendadak suara teriakan setan, “Sesungguhnya Al Masih Ad Dajjal
telah menguasai keluarga kalian!”
Mereka pun bergegas pulang, namun ternyata berita itu bohong. Tatkala mereka telah sampai di Syam, barulah Dajjal muncul. Ketika mereka tengah mempersiapkan diri untuk berperang dan merapikan barisan, tiba-tiba datang waktu shalat. Pada saat itulah Nabi Isa bin Maryam turun. Ia memimpin mereka. Begitu melihat Nabi Isa, musuh Allah si Dajjal pun meleleh bagaikan garam yang mencair. Sekiranya ia membiarkannya, sudah tentu musuh Allah itu akan hancur leleh. Namun Allah membunuhnya melalui perantara Nabi Isa, sehingga beliau menunjukkan kepada kaum muslimin darah musuh Allah yang masih segar menempel di ujung tombaknya. [HR. Muslim 2897]
Hadits
di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin “menahan” sebagian orang Romawi
yang disebut sebagai “saudara” oleh kaum muslimin. Para ulama
menafsirkan bahwa mereka adalah orang Romawi yang telah masuk Islam dan
tinggal bersama kaum muslimin di Syam. Peristiwa ini mengingatkan
kita akan peristiwa pasca shulhul Hudaybiyah, dimana orang-orang
musyrikin Makkah memaksa mereka yang berhijrah ke Madinah setelah
perjanjian disepakati, tidak diperkenankan dan dipaksa untuk pulang ke
Makkah, walaupun akhirnya mereka tidak pulang ke Makkah.
Adapun
yang terjadi di akhir zaman kelak, bahwa setelah kaum muslimin dan
Romawi bersama-sama selesai memerangi “musuh dari belakang”, banyak di
antara orang-orang Romawi yang lebih memilih tinggal di Syam (berislam).
Hal ini membuat orang-orang Romawi geram dan menghendaki mereka untuk
kembali (murtad), namun kaum muslimin melindunginya. Saat itulah Al
Malhamah terjadi yang kemudian diikuti beberapa peristiwa sebagaimana
yang diriwayatkan tersebut.
Wallahu 'alam